Puisi-Puisi CWD

Mereka Itu
Mata yang sayu
Bagai sebuah pertanda
Senyum yang hambar
Seakan dipaksakan
Hanya untuk sekejap menghargai

Dibalik semua ini
Aku terpuruk
Kuingin menangis
Tanda kegalauan hatiku

Kenapa mereka, mereka itu
Tak perduli akan hatiku ?
Kenapa mereka, mereka itu
Tak menghargai perasaanku ?
Tuhan !
Inikah balasan mencintai
Cinta dari cinta orang lain ?
YA . . . !

Malam ini akhir kisah cinta kita
Dalam goresan luka yang menganga
Satu kataku mungkin patahkan semangatmu
Satu kataku mungkin merubah hidupku dan hidupmu

Kau tau ! kau berpikir, kau tanya dirimu
Apakah ini salahku ?
Ya ! ini dan ini dan ini
Ini memang salahku
Tapi sejenak kau renungkan !
Kau putar-putar kembali
Menoleh kebelakang apa salahnya
Aku sekedar mengingatkan

Setitik itu ... hanya sebiji padi
Apa tak berguna ?
Tidak ! Tidak ! Tidak !
Itulah jawabannya
Ah...! aku tak mampu mengurai kembali
Bahkan rangkaian itu telah hancur
Tak sanggup jemari-jemari hatiku merangkainya
Biarkan ! ini sebagai tanda
Ini sebagai pembelaan diriku
Ya ! ini bagai majas yang perlu dipahami
Ya ! aku yakin kau paham
Maksud YA !










Letih Pasrah dan Menyerah

Letih pikiranku
Letih otakku
Letih hatiku

Aku seperti harus pasrah
Dalam sebuah impian
Ku kejar engkau !
Kenapa kau terus berlari ?
Ku dekati engkau !
Kenapa kau terus menjauh ?

Aku tersiksa
Aku teraniaya
Batinku adalah musuhku
Rasaku, perasaanku, sayangku, cintaku
Bagai duri yang menusuk-nusuk
Bagai pisau yang mencabik-cabik
Ini bumerang untukku

Mungkinkah aku harus melangkah
Melangkah menuju dasar yang tak pernah kuinginkan sebelumnya ?
Berhenti dari semua impian
Yang percuma yang tak pernah dan tak mungkin menjadi nyata
Atau sedikit saja terimpikan
Kuingin cukupkan ini
Berhenti dari semua hal yang membuat aku letih
Aku pun Pasrah dan mungkin harus menyerah








Luka Hati
Semilir angin menembus angan-anganku
Menggores secelah luka dihati
Yang dulu pernah tersakiti

Rembulan yang tertutup awan kelam
Seperti hati yang trbalut luka
Akan cinta dan kasih dirinya

Rintikan-rintikan hujan
Membasahi tapakan kaki
Tak terduga air mataku
Membasahi kedua pipi

Luka ... luka ...
Aku luka !
Pedih ... pedih ...
Aku pedih !

Dalam rinaian hujan
Dalam gelapnya malam
Akan rembulan dan bintang
Yang tersembunyi diawan kelam
Diam membisu hanya aku
Aku ... aku yang terluka













Teman hatiku
Kapan kau tau aku kesepian ?
Kapan kau tau aku terluka ?
Kapan kau tau aku kecewa ?
Kapan kau tau arti ketulusan ?
Kapan kau tau aku merindukanmu ?
Kapan kau tau semua ?

Pernahkah kau temani aku ?
Pernahkah kau basuh lukaku ?
Pernahkah kau yakiniku ?
Pernahkah kau beri aku ketulusan ?
Pernahkah kau balas rinduku  ?
Pernahkah kau tau semua ?
Teman Hatiku . , .




Mentariku
Senja beranjak  pergi
Disaat aku bisu
Menyendiri diam sendiri
Tak kudengar kicauan burung di sekelilingku
Tak ada sepoi-sepoi angin yang membelai kegerahanku
Mentari terasa begitu cepat pergi
Tanpa permisi
Tinggalkan aku sendiri

Pepohonan dan daun-daun seperti ikut bisu
Terdiam sendiri
Terhipnotis akan senja ini
Tak seperti dulu tak seindah dulu

Kabut dan awan kelam yang menemani
Mengantarkan sepoi-sepoi angin
Pelan-pelan datang menghampiri
Membelai kegerahanku
Tak sewajarnya tak seperti biasanya

Ku pejamkan mata ini
Ku berharap dalam sanubari
Disaat ku buka mata ini
Ku ingin mentari pagi yang akan menyambut
Kegundahan hati
Memberi kesejukan
Yang tak pernah akan pergi lagi
Diamlah ! Temanilah !
Disini bersamaku








Jarak kita
Aku ingat
Ingat kamu
Tapi
Apa kamu ingat ?
Ingat aku ?

Jarak antara sekuntum bunga
Dan daun hijau yang indah
Tak sebegitu jauhnya

Aku tak berada di belahan bumi
Di kutub selatan
Dan aku pun tak berada di kutub utara
Tanpa aku kau akan kedinginan disana
Aku juga
Karena kita mungkin tak ditakdirkan begitu

Pegunungan yang menjulang dibelakangku
Ataupun pegunungan yang menjulang di dedapanmu
Itu jarak kita
Begitu dekat bukan ?

Tapi itu dulu
Saat sekuntum bunga dan daunnya
Masih menjadi satu rangkaian ciptaan Nya
Kini...dirayu oleh angin
Angin utara
Angin selatan
Angin timur
Angin barat

Kita menjadi dua rangkaian
Sekuntum bunga tanpa daunnya
Selembar daun tanpa bunganya

Jarak kita
Jarak jauh
Aku mungkin di kutub selatan
Dan kau dikutub utara
Melawan rasa dingin yang teramat
Tanpa aku dan kau

Pegunungan itu mungkin telah bertambah
Sungai, danau, lautan, kini menemani
Itu jarak kita kini
Tidak begitu dekat lagi bukan ?

Apakah di kutub utara
Kau mengingatku ?
Apakah dikutub selatan
Aku  mengingatmu ?

Jarak kita kini jarak jauh
Tapi akankah perasaan kita bertambah jauh ?
Sehingga menemukan daunnya yang baru
Ataupun sekuntum bunga yang baru mekar
Dan sekuntum bunga dengan daunnya yang indah
Akan terlupa  dan terabaikan

Apakah tak kan pernah bersatu
menjadi satu rangkaian ciptaan Nya lagi?
Kuharap tidak
Bila sudah kehendaknya dan ridhonya
Jarak kita bisa lagi jarak dekat
Bahkan semakin dekat
I HOP TO GOD










Suatu Hari Nanti
Malam fana kegelapan yang kian datang
Jauh di dalam lubuk hati ini
Aku menjerit
Hingga membuat getaran-getaran
Batin mana yang takan layu dan rapuh
Bila memendam kerinduan dan cinta pada insan

Telah lama kita tak bersapa
Apalagi berjumpa
Kerinduanku kutuangkan pada syair-syair
Syair syahdu tentang ratapan hati

Sampai kapan terus begini
Aku tak ingin terlambat dalam mengakhiri semuanya
Tak ingin lagi dan lagi memendam kerinduan hati
Akan cinta insan

Ku takut ini tak bertepi
Ku takut ini tak dihiraukannya
Aku menjerit terus menjerit dalam batin ini
Bila hatimu terketuk walau secelah saja
Oleh angin cinta dan kerinduan
Kau pasti mendengar batin ini
Yang selalu menjeritkan namamu

Mungkinkah suatu hari nanti
Mungkinkah suatu hari nanti
Dan mungkinkah suatu hari nanti
Kau kan menyadari




kau yang ku sayang

Kau Yang Ku Sayang
Ketakutanku nyata adanya
Cintaku terhenti sampai disini
Cintaku menyepi tiada yang perduli
Kau tau isi hati ini
Dalam kata
Dalam nyata
Dalam bukti
Hanya kamu kamu kamu dan kamu

Tapi mata hatimu tertutup
Tak tersentuh lagi
Tak hiraukan hatiku lagi

Aku selalu ingat saat kita bersama
Sekejap saja tapi bermakna
Sebuah kenangan yang takan terlupa

Kau tau
Denganmu aku bahagia
Bersamamu aku merasakan arti hidup
Kenyamanan dan  kebahagiaan

Kau yang ku sayang
Kenapa kau tega
Melukai hati dan perasaanku

Kau yang ku sayang
Mungkinkah tiada lagi
Perasaan untukku ?

Kau yang ku sayang
Sampai disitukah
Rasa sayangmu

Kau yang ku sayang
Lupakah kau
akan kenangan-kenangan kita

Kau yang ku sayang
Dimanakah nuranimu
Dimanakah kau yang lembut hatinya

Kau yang ku sayang
Ingatkah saat kita saling berbagi
Dalam suka dalam  duka

Kau yang ku sayang
Aku selalu menginginkanmu
Menyayangimu

Kau yang ku sayang
Hatiku terluka
Kau lebih memilihnya
Memperdulikannya
Menyayanginya
Mencintainya

Kau yang ku sayang
Bila ku harus memilih
Mungkin aku takkan memilihmu
Bila ku tau kau tak memilihku

Kau yang ku sayang
Aku ingin hapus perasaan ini
Yang hanya untukmu

Kau yang ku sayang
Aku ingin bahagia
Walau tak denganmu

Kau yang ku sayang
Betapa bodohnya aku
Ku tak mampu menghilangkan
Semua rasa dihatiku

Kau yang ku sayang
Kau mungkin berpikir
Aku ini egois

Kau yang ku sayang
Ku ingin kau tau
Ku ingin kau tau
Ku ingin kau tau
Aku mencintaimu
Dengan segenap jiwa dan ragaku