Cerpenku cwd` Hiperbola


Hiperbola

Banyak orang yang bilang  rasa cintaku kepadanya adalah hanya sia-sia belaka, aku terlalu berlebihan, terlalu mengikuti kata hati atau mungkin terlalu jauh mengikuti kata hati, mungkin aku hiperbola. Tapi, apa aku salah ? Ayahku, ibuku, saudaraku, sahabatku, temanku dan seluruh manusia di jagat raya ini cinta itu datangnya dari Sang Maha Pencipta, aku tidak bisa menolak ataupun memaksa kehadirannya. Aku menikmati rasa ini, walau kadang-kadang aku juga merasa lelah terus bermain tanpa ketidakpastian. Tapi aku tetap bersyukur aku masih diberikan rasa cinta ini, entah lah cinta itu akan terbalaskan atau hanya akan selalu tersimpan di hati ini, ya tersimpan entah sampai kapan.
Aku pernah mencoba mencintai yang lain, tapi rasanya tidak seperti ini saat aku mencintainya. Rasanya biasa-biasa saja, tapi untuk cinta ini aku merasakan hal yang luar biasa. Ooopss aku hiperbola lagi, tapi itu kenyataan. Aku juga selalu bingung sendiri kenapa dari hari kehari benih-benih cinta itu tumbuh dihatiku aku selalu berangan-angan benih-benih cinta itu akan menjadi bunga yang indah di suatu musim dan harumnya tersebar di seluruh jagat raya ini, walaupun kelopak-kelopaknya akan berguguran dan berjatuhan ke tanah tapi kelopak itu akan tumbuh kembali begitulah seterusnya. Ya itu hanya angan-angan, tapi aku selalu berharap akan menjadi kenyataan.
Tapi, apakah sebenarnya dia tahu perasaanku kepadanya? Apakah dia merasakan  getaran-getaran jantungku saat aku melihatnya? Apakah dia tahu arti sorot mataku saat aku melihatnya? Ah… tidak mungkin dia tahu, dia kan tidak pernah menatapku. Tapi aku masih ingin terperangkap dalam lingkaran cinta ini, biarlah dia tahu atau tidak kalau aku mencintainya. Andai saja dia tahu bahwa  senyumannya membuat bulu romaku berdiri bukan karena dia hantu dan tidak mungkin dia hantu, dia sama sepertiku sama menjadi manusia yang tercipta dari tanah, bulu romaku berdiri karena aku merasa sangat bahagia, bahagia sekali.
***
Hari ini hari minggu pagi, kuhirup udara segar sambil olahraga pagi  dengan jogging bersama teman-temanku yang lain, kami semua akan lari pagi, sebenarnya ini hal yang langka  bagiku  biasanya minggu pagi seperti ini aku masih terlelap tidur mengikuti alur-alur dalam bunga tidur, dan aku akan terbangun dengan senyum-senyum sendiri kalau ternyata dalam tidurku aku memimpikan dia, oh betapa bahagianya. Tapi untuk pagi ini tidak, aku sudah terbangun dan aku tadi malam tidak bermimpi apa-apa.
Kami  lalui jalan demi jalan sambil sesekali kami bercanda. Aku, Fany, Dian dan Mira sudah bersahabat dari kita kelas cukup lama, tapi tidak bisa dipungkiri kadang-kadang kita juga selalu marah-marahan tapi tidak akan lebih dari satu hari. Diantara kita semua, hanya aku lah yang setia dalam kesendirianku dan paling setia bermain dalam cinta yang terpendam di dasar laut yang paling dalam yang enggan untuk melayang apalagi terapung ke permukaan. Tentunya akulah yang selalu menjadi sorotan, dan aku akan selalu mendapatkan nasihat sekaligus omelan dari mereka. Seperti saat ini, saat aku bilang tentang perasaanku lagi.
“ Kalau kamu memang suka sama Dimas, kamu bilang aja dari pada kamu memendam terus, apa kamu gak cape sudah berapa lama kamu simpan cinta kamu itu, kita itu sebentar lagi sudah mau jadi sarjana Nda.”
“Udah deh kamu lupain dia aja, kamu gak tahu kan dimana dia sekarang? ”
“ Mungkin aja dia sudah punya pacar.”
“ Lebih baik kamu pacaran aja sama Rifal,yang udah nunggu kamu dari dulu.”
Semuanya, mereka pasti akan bicara seperti itu kalau aku saat ini atau suatu waktu curhat sama mereka, dan aku hanya akan senyum dan ngangguk-ngangguk dan tidak akan berkomentar apa-apa. Mereka kan tidak tahu bagaimana perasaan yang aku punya, dan aku akan tetap pada pendirianku aku nikmati ini walaupun bermain dalam dasar laut yang paling dalam.
***
6 bulan berlalu, saat ini aku sudah menjadi sarjana dan aku sudah bekerja di suatu perusahaan ternama di kota ini. lalu bagaimana dengan benih-benih cintaku ? benih-benih cinta ini selalu tumbuh setiap waktu, dan aku akan selalu menunggu tumbuhnya benih ini menjadi bunga yang cantik. Tapi sampai saat ini aku tidak tahu dia dimana, setelah lulus SMA waktu itu sampai sekarang aku tidak pernah tahu dimana dirinya. Teman-teman yang lain pun tidak tahu dimana dia sekarang. Tapi dimanapun dia berada benih-benih cinta ini akan selalu untuknya akan selalu tumbuh dan aku akan tetap berada di dasar laut yang paling dalam sampai dia akan menjemputku naik ke permukaan kalau  dia mempunyai perasaan yang sama kepadaku.
Aku memang terlalu berlebihan, menanti cinta yang aku sendiri tidak tahu apa yang dia rasakan kepadaku. Akankah cintaku sia-sia ? seperti yang mereka katakan itu ? aku tidak tahu, tapi aku sangat bahagia mempunyai rasa cinta seperti ini, karena cinta ini tulus dari hati bukan karena paksaan, tidak semua orang akan mampu melaluinya bila tidak dengan ketulusan.
***
Pagi ini, matahari sepertinya enggan naik kepermukaan, langit berselimut awan kelam dan tidak lama kemudian hujan turun sangat deras. Kebetulan hari ini adalah hari libur, jadi aku tidak perlu menembus dinginnya pagi ini dengan hujan yang begitu derasnya. Aku putuskan untuk bersantai-santai sambil membaca novel di sofa depan. Hujan sedikit reda, matahari perlahan-lahan naik kepermukaan dan memancarkan sinarnya walaupun tidak secerah seperti biasanya.
Tiba-tiba pintu rumahku di ketuk seseorang, aku segera menuju pintu dan segera ku buka pintu itu, “Assalamuallaikum”  sapa bapak-bapak berpeci yang berdiri di depan pintu.
“Waalaikumsallam.” Jawabku.
“Apa benar ini kediaman saudari Nanda ?”
“iya saya sendiri, ada apa ya pak ?” jawabku sedikit heran karena aku tidak mengenal bapak ini.
“Ini ada surat undangan untuk saudari Nanda.” Sambil memberikan undangan pernikahan berlapis kertas berwarna emas.
“Oh, terima kasih.” Kataku.
Setelah bapak-bapak yang tadi pergi, aku segera masuk kedalam dan ku tutup kembali pintu. Aku penasaran ingin tahu undangan pernikahan dari siapa, peralahan-lahan aku buka kertas berwarna emas itu. aku segera membaca tulisan di undangan itu,  air mataku seolah tidak tertampung lagi air mataku jauh bercucuran, aku menangis menahan sakit yang menusuk hati, degup jantungku bergetar hebat dan seolah tubuhku pun ikut bergetar dan tanganku lemas, undangan itu jatuh kelantai,aku masih tetap menangis tiba-tiba ponselku berbunyi, aku tahu mungkin itu panggilan telepon dari sahabatku tapi aku tidak memperdulikannya, aku masih duduk lemas tidak berdaya  dan di luar pun hujan kembali turun dengan derasnya dan awan kelam kembali menyelimuti. Benih-benih cinta itu kini tidak lagi berada di dasar laut yang paling dalam, bukan pula melayang atau terapung dipermukaan, tapi benih-benih cinta itu kini telah terkubur dilapisan tanah menyatu dengan bumi di telan bumi.



23 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar